Berburu Mimpi di Perguruan Tinggi
“Program Bidikmisi membukakan pintu bagi anak
Indonesia yang kurang mampu secara finansial untuk terus melanjutkan mimpi.”
Aku adalah salah satu anak pembidik mimpi,
teman-teman biasa memanggilku dengan sebutan Arni. Aku adalah anak terakhir
dari empat bersaudara dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Almarhum
ayahku adalah bekerja sebagai tukang becak keliling.
Ayahku meninggal sejak aku berusia 2 tahun sehingga aku menjadi anak yatim sejak kecil yang tidak sempat merasakan kasih sayang dari seorang ayah kandung. Aku tak mengenal ayahku secara langsung, namun aku sangat mengenal ibuku yang sangat aku cintai di dunia ini. Ibuku adalah seorang janda yang berjuang keras tanpa mengenal lelah untuk menghidupi anak-anaknya. Ibuku bukan tamatan sekolah, beliau sekolah sampai kelas 2 Sekolah Dasar dan akhirnya tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi.
Ayahku meninggal sejak aku berusia 2 tahun sehingga aku menjadi anak yatim sejak kecil yang tidak sempat merasakan kasih sayang dari seorang ayah kandung. Aku tak mengenal ayahku secara langsung, namun aku sangat mengenal ibuku yang sangat aku cintai di dunia ini. Ibuku adalah seorang janda yang berjuang keras tanpa mengenal lelah untuk menghidupi anak-anaknya. Ibuku bukan tamatan sekolah, beliau sekolah sampai kelas 2 Sekolah Dasar dan akhirnya tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan ekonomi.
Keterbatasan ekonomi keluarga berlanjut
sampai aku beranjak menempun pendidikan tingkat dasar sehingga ketika lulus
Sekolah Dasar, ibuku menyarankanku untuk kursus jahit dengan harapan bisa
langsung kerja dan mendapatkan uang untuk kebutuhan. Waktu itu hatiku sangat
sedih karena aku ingin sekali melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Banguntapan yang merupakan sekolah favorit di kawasan
Bantul. Aku membujuk ibuku sampai terus menangis minta di sekolahkan lagi.
Sampai akhirnya aku diijinkan mendaftar SMP dan alhamdulillah sekali diterima
di sekolah yang aku inginkan tersebut. Aku belajar dengan sungguh-sungguh dan
ibuku berusaha keras mencari uang sebagai buruh pijat urut untuk membiayai
sekolahku dan kakak-kakakku. Setelah lulus SMP, lagi-lagi ibuku memintaku untuk
tidak melanjutkan sekolah ke SMA. Namun, lagi dan lagi aku meminta untuk
diijinkan mendaftar ke SMK. Akhirnya aku diterima di jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 5 Yogyakarta di jurusan tekstil.
Pendidikan tinggi adalah impianku untuk
merubah kondisi keluarga menjadi lebih baik dan lebih dihargai. Sewaktu SMK,
tidak sedikit teman-teman yang meledekku karena tanggapan mereka tentangku
adalah anak yang terlalu tinggi bermimpi. Sedangkan waktu itu kondisi ekonomi
keluarga masih pas-pasan sehingga ledekan teman-teman semakin menjadi-jadi
sampai aku berusaha mencari motivasi diri untuk menjadi diri yang tangguh.
Akhirnya aku mengikuti beberapa organisasi diantaranya adalah Dewan Ambalan
(DA), Kerohanian Islam (Rohis), Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dan
beberapa komunitas positif yang ada di Yogyakarta. Keaktifanku di organisasi
tersebut membuat diri semakin termotivasi untuk menempuh pendidikan
setinggi-tingginya untuk meraih mimpi dan bisa berkontribusi untuk negeri ini.
Masa SMK kulalui dengan berbagai kegiatan positif dalam menambah pengalamanku
untuk menjadi diri yang menginspirasi.
Pengalaman dan pengetahuan dari berbagai
teman organisasi membuatku berinisiatif untuk mencari beasiswa kuliah. Sampai
akhirnya aku mendaftar beasiswa bidikmisi yang sangat tepat dengan kondisiku
yang saat itu ingin sekali kuliah tanpa memberatkan ibuku. Ibuku memberikan aku
ijin lanjut kuliah dengan catatan bisa membayar biaya sendiri dengan kuliah
sambil kerja. Aku berdoa dan berusaha melengkapi data syarat mendaftar
bidikmisi. Senang sekali Tuhan mewujudkan impianku dengan diterimanya aku
sebagai penerima beasiswa bidikmisi di prodi Pendidikan Kriya, Jurusan
Senirupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada
tahun 2012.
Bidikmisi memberiku kesempatan untuk
melanjutkan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang aku pilih untuk berjuang
meraih mimpi dan berprestasi agar menjadi diri yang dapat menginspirasi minimal
untuk teman-teman terdekat. Program bidikmisi membukakan pintu para anak
Indonesia yang kurang mampu secara finansial untuk terus melanjutkan mimpinya
dalam mendapatkan pendidikan tingkat D3, D4 ataupun Sarjana. Berkesan dan
menjadi berita bahagia untuk kusampaikan kepada ibuku dan keluarga karenaku
diterima masuk PTN dengan program beasiswa bidikmisi dan juga ber-hak menerima
uang saku Rp. 600.000,00 per bulannya. Masa pendaftaran ulang dan ospek kampus
sebagai mahasiswa baru kujalani dengan penuh rasa senang.
Masa kuliahpun berjalan, aku menjalani kuliah
dengan semangat dan penuh dengan rasa ikhlas. Seperti waktu SMK, aku mengikuti
organisasi sebagai caraku untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan lebih yakni
Kopmapala UNY dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Seiring berjalannya waktu
memasuki masa kuliah semester 3 yang mulai mendapatkan kuliah praktikum dan
merasakan pengeluaran untuk praktikum semakin membengkak sedangkan uang saku
bidikmisi cukup digunakan untuk uang makan, transport dan fotocopy saja. Untuk
mengatasi hal tersebut, aku berinisiatif untuk kerja ketika bulan liburan
semester sehingga mampu menutupi biaya praktikum kriya yaitu kuliah kayu,
keramik, logam, tekstil, dan batik yang memerlukan berbagai perlengkapan untuk
membuat karya seni. Kuliah di prodi kriya memang banyak praktikumnya dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga aku menekuni salah satu kriya
yang aku suka yaitu Kriya Batik.
Kriya batik adalah penjurusan yang aku pilih
untuk aku tekuni, sampai akhirnya aku mengikuti kompetisi di bidang seni
khususnya batik. Teringat waktu pertamakalinya mendapatkan Juara 1 Lomba Desain
Batik Nusantara Nusantara 2014 dan secara langsung pemberian trophy dan piagam
oleh rektor UNY yaitu Prof. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A dan sekaligus memesan
kain batik sarimbitan yang motifnya sesuai dengan karya saya yang menang yaitu
motif Wayang Wisanggeni dengan gambar Garuda Pancasila beserta lambangnya yang
menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Aku
semakin tertarik untuk terus berkarya seni sekaligus melestarikan budaya batik
sebagai rasa cintaku terhadap negeri ini.
Masa kuliah kujalani dan aktif berorganisasi
juga sebagai SekJend DPM FBS UNY, masih teringat ketika berjuang bersama
teman-teman organisasi bersamaan waktunya dengan waktu kompetisi desain batik
yang diselenggarakan oleh mendikbud. Pembagian waktu antara kuliah, organisasi
dan mengikuti kompetisi membuatku semakin bersemangat dalam menjalaninya.
Kesibukan dan perjuangan mengenalkanku pada sebuah proses untuk meraih sebuah
impian. Mempresentasikan karya batik eksperimen di UITM Malayssia juga
merupakan suatu pengalaman yang mengharukan untuk diri ini. Alhamdulillah
berkat bidikmisi aku bisa merasakan indahnya perjuangan ketika disertai dengan
rasa ikhlas dan bisa membagikan ilmu yang kita punya dengan orang lain.
Teknikku dalam menggoreskan canting pada kain merupakan ungkapan hatiku dalam
bentuk suatu karya seni yang estetis. Proses menciptakan batik ibarat suatu
proses perjuangan dalam meraih impian. Berusaha tanpa batas dan menjadikan
proses adalah kenikmatan, membuatku menjadi diri yang terus bersyukur namun
tetap berusaha dan menyerahkan hasil kepada Tuhan. Ketika aku gagal itu
merupakan bagian dari proses untuk keberhasilan. Jadi yang terpenting dalam
meraih mimpi adalah berusaha keras dan menentukan strategi yang tepat untuk
mewujudkannya.
Bidikmisi bagiku adalah pintu kesuksesan
dalam pendidikanku, berkat bidikmisi aku bisa merasakan perjuangan selama
menempuh prkuliahan dalam berorganisasi maupun mencari wawasan pengetahuan
lainnya. Aku bangga menjadi mahasiswa bidikmisi yang membuatku mengenal
prestasi yang kini kudapatkan. Pengalaman yang bisa kubagikan untuk teman-teman
menjadikanku menjadi lebih bermanfaat. Bidikmisi mengawali langkahku untuk
berburu mimpi di perguruan tinggi, semoga juga bisa dirasakan oleh teman
bidikmisi lainnya dengan berbagai kisah inspiratif yang dapat menginspirasi
anak negeri. Amin.
Arni Alisha
Komentar
Posting Komentar